Caraval - Stephanie Garber

goodreads
Judul: Caraval (Caraval #1)
Pengarang: Stephanie Garber
Penerjemah: Jia Effendi
Penerbit: Penerbit Noura
Tebit: Maret 2017 (Cetakan ke-1)
Tebal: 444 halaman

“Apa pun yang kau dengar tentang Caraval, tidak bisa dibandingkan dengan kenyataan. Caraval lebih daripada sekedar sebuah permainan atau sebuah pertunjukan. Itu adalah hal terdekat dengan sihir yang bisa kau temukan di dunia ini” --p. 18

Setelah ibunya mereka menghilang, satu-satunya sumber kebahagian Scarlett dan Donatella hanyalah cerita-cerita Caraval dari Nananya. Itu semacam memberi mereka harapan, bahwa, diluar sana ada hal yang lebih dari sekedar kekejaman ayahnya.

Selama tujuh tahun, Scarlett terus menyurati Master Legend Caraval agar mau mampir ke Pulau Trisda dan membuat pertunjukan meski hanya sekali. Tapi tak satupun dari surat-surat itu menerima balasan. Baru di suratnya yang terakhir, ketika Scarlett menyatakan bahwa dia akan menikah dan tidak mengharapkan kedatangan Caraval lagi, pria itu membalas suratnya dan memberikan Scarlett tiga lembar tiket untuk datang ke Caraval di Isla de los Sueños.

Sekarang, Scarlett diliputi dilema. Ayahnya akan membunuh mereka jika mereka meninggalkan pulau, terlebih pernikahan Scarlett kurang dari seminggu lagi. Tapi Tella tidak mau mendengar. Dia sudah memimpikan ini selama bertahun-tahun. Baginya undangan Caraval lebih dari sekedar mengikuti sebuah permainan penuh keajaiban. Tiket-tiket itu juga berarti kebebasan. Terlebih, Tella sudah merencanakan semuannya. Ia sudah bertemu dengan seorang pelaut bernama Jullian Marerro dan memastikan ia akan membawa mereka pergi dari Trisda, dari ayahnya.

Keadaan jadi makin sulit bagi Scarleet ketika Caraval menculik adiknya. Sekarang ia tidak akan bisa menikah, apalagi bebas, tanpa mengikuti permainan Caraval yang penuh ilusi dan bahaya.

“Dia harus berhenti membiarkan kecemasan mengendalikan masa depannya. Dia mungkin saja lemah, tapi kasih sayangnya kepada Tella tidak.” –p. 234

Berbicara soal fantasy YA yang sedang ramai beberapa tahun terakhir (menggantikan dystopia YA?) aku sebenarnya cukup terlambat. Dan, yup, Caraval menjadi buku fantasy YA pertamaku. Aku bahkan gak seniat itu buat beli buku ini, wkwk. Buku ini kupinjam dari teman baruku di kampus, dan kalian gak akan tau seseneng apa aku nemu sesama kutubuku yang selera bacaannya sama. Yay!

Meski disebut-sebut sebagai cerita fantasi. Aku rasa Caraval masih kurang dalam menggali hal itu. Oke, settingnya bukan di dunia yang sama dengan kita dan banyak hal-hal ajaib yang terjadi di Caraval. Sayangnya, world-buildingnya amat sangat kurang kalau gak bisa disebut gak ada. Memang sih, kadang penjelasan soal dunia secara umum kadang memang bisa sangat membosankan kalu dirasa tidak perlu, tapi aku rasa itu dia tantangannya kan? Bagaimana caranya membutanya jadi tetap menarik alih-alih membiarkan pembaca buta soal dunia yang dihidupi Scarlett.

Elemen-elemen sihir dalam Caraval juga membingungkan dalam beberapa bagian. Seperti bagaimana Scarlett yang bisa melihat warna-warna perasaannya. Aku kira itu semacam imajinasinya aja, tapi lama kelamaan kok ternyata penting? Dan gak ada penjelasan sama sekali kenapa dia bisa melihat itu atau apakah itu sesuatu yang wajar. Atau mungkin, karena Scarlett mengalami hal ini sejak kecil dia menganggap hal itu wajar dan mengira semua orang juga mengalami hal yang sama? Apalagi sedikit sekali teman yang bisa mengatakan dia aneh dengan menghubungkan perasaan dengan warna kan?

“Kurasa aku membuat kesalahan.”
“Kalau begitu, buatlah kesalahan itu menjadi sesuatu yang lebih baik” –p. 199

Tetapi untuk hal-hal lainnya aku suka. Terutama plotnya. Aku suka bagaimana alurnya lebih banyak soal bagaimana cara Scarlett menyelamatkan Tella, karena aku jarang baca YA yang punya tema sejenis (mengingat aku jarang baca YA pada umumnya ;p), juga bagaimana dalam prosesnya ia mulai sadar ia adalah korban dari ayahnya yang abusive. Meskipun bersamaan dengan itu, pikirannya yang awalnya hanya tentang Tella juga mulai bergeser menjadi agak ‘egois’. Namun, aku rasa itu bagian dari pembebasan diri Scarlett, ketika dia sadar dirinya juga pantas dicintai.



Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, jadi, selamat tahun baru! Lets start fresh!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My 2017 Wishlist

BBI Giveaway Hop

A Study in Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Max Havelaar - Multatuli

Misteri Gurindam Makam Kuno - Yovita Siswati